Sunday, October 3, 2010

Jalan Raya Kalimalang Masih Dibiarkan Rusak

Kerusakan ruas jalan Kalimalang di Kabupaten Bekasi dari perbatasan Kota Bekasi hingga Kabupaten Karawang sekitar lebih dari 100 Km hampir semuanya rusak parah. Warga menilai Pemkab Bekasi tidak tanggap dengan kerusakan jalan ini, apalagi sudah memasuki musim hujan.
"Jalan Raya Kalimalang dari perbatasan Kota Bekasi hingga Karawang hampir semuanya rusak, dan kondisi ini sudah tiga tahun dibiarkan tanpa ada perbaikan. Kalaupun ada perbaikan tambal sulam pada lubang-lubang jalan yang dilakukan swadaya oleh warga," ucap salah seorang warga Tegal Gede, Cikarang Pusat yang rumahnya dekat dengan ruas jalan Kalimalang, Rosyid (39) kepada "PRLM", Minggu (3/10).
Kerusakan bahkan menimbulkan lubang jalan berdiameter dari satu hingga tiga meter dengan kedalaman lubang dari 15 cm hingga 25 cm. Apalagi ruas jalan Cikarang Barat, hampir tidak ada jalan bagus yang bisa dipilih untuk dilewati. Hal ini juga tidak jarang meinmbulkan kemacetan, karena dari dua arah yang berbeda harus bergantian melewati jalan tengah yang masih bagus untuk dilewati.
Beberapa ruas sepanjang Jalur Kalimalang pun diperbaiki secara swadaya oleh masyarakat dengan menguruk lubang dengan batu. Mereka juga meminta kepada pengguna jalan sumbangan seikhlasnya.
Satuan Lantas Polres Metro Bekasi Kabupaten mencacat sedikitnya 50 kecelakaan terjadi setiap bulan selama musim penghujan dan yang menonjol disebabkan jalan rusak. "Dan hampir semuanya disebabkan karena jalan yang rusak. Tidak sedikit pula kecelakaan tunggal. Kerusakan ruas jalan Kalimalang menjadi penyebab paling banyak terjadinya kecelakaan karena jalan rusak," ucap Kasatlantas Polres Metro Bekasi Kabupaten, Komisaris Sudirman
Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Bekasi, Saefullah mengatakan, sekitar 200 kilometer dari total 900 kilometer panjang ruas jalan di Kabupaten Bekasi. "Ini tidak hanya terjadi di ruas jalan Kalimalang tapi semua jalan yang menjadi tanggung jawab Pemkab Bekasi. Khusus untuk Jalur Kalimalang, Pemkab juga sebenarnya merasa keberatan jika harus memperbaiki semua ruasnya," ucapnya.
Alasannya, kata dia, ruas jalan Kalimalang ini lebih banyak dilewati truk-truk bertonase tinggi, hingga perbaikan yang dilakukan kerap rusak lagi, apalagi jika musim hujan. "Kami juga sudah mengusulkan untuk meningkatkan status jalan raya Kalimalang dari jalan kabupaten menjadi jalan provinsi, apalagi ini juga penghubung antar kabupaten bahkan provinsi, yaitu penghubung provinsi Jabar dengan DKI Jakarta," tuturnya.

Bangun Sifon, Kota Bekasi akan Bebas Banjir Kiriman

Kota Bekasi diperkirakan akan terhindar dari banjir kiriman dari wilayah Bogor dalam waktu paling dekat dua tahun ke depan. Pasalnya, saat ini pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadanetengah membangun sebuah sifon (gorong-gorong) pemisah Kali Malang dengan Kali Bekasi di dasar Kali Bekasi hingga ke bendung pertemuan antara kedua kali tersebut (Bendung Bekasi). Saat ini, proses pembangunan sifon baru masuk pada tahap pertama dan ditargetkan selesai dalam dua atau tiga tahun ke depan.
Kepala Bidang Tata Air pada Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, Yurizal, Minggu (3/10) mengatakan, selain terancam banjir akibat sistem drainase yang kurang baik, Kota Bekasi juga terancam banjir kiriman dari wilayah Bogor. "Biasanya banjir kiriman inilah yang menimbulkan dampak sangat buruk. Sebab, sudah sering datang luapan air kali tiba-tiba sehingga merendam ratusan rumah di sejumlah kompleks perumahan," kata Yurizal.
Pemisahan aliran air Kali Malang dengan Kali Bekasi itu, kata Yurizal, akan memberi manfaat karena bisa mengurangi potensi terjadinya banjir. Banjir kiriman biasa terjadi saat hujan deras turun di wilayah Bogor yang menjadi hulu sungai Kali Bekasi. Kali Bekasi yang membelah Kota Bekasi merupakan pertemuan Sungai Cileungsi dan
Sungai Cikeas.
Menurut dia, banjir cileuncang akibat saluran air yang kurang baik bisa sedikit ditangani dengan pengoperasian pompa di sejumlah titik rawan genangan. Namun, banjir kiriman sangat sulit ditanggulangi kecuali ada pemisahan antara Kali Malang yang bersumber pada Waduk Jatiluhur dengan Kali Bekasi yang berasal dari air limpasan wlayah Bogor. Dana untuk projek tersebut, kata Yurizal, sekitar Rp 200 miliar berasal dari APBN.
Sementara itu, seorang pengawas projek, Sulaeman yang ditemui mengatakan, projek telah berjalan lebih dari dua bulan. Namun, hingga saat ini baru tahap awal. "Targetnya dua tahun, tetapi kita lihat nanti. Sebab, membutuhkan banyak alat berat untuk membuat sifonnya," kata Sulaeman.
Sifon itu, lanjut Sulaeman akan dibangun puluhan meter di bawah kali untuk menampung debit air yang berlebihan saat wilayah Bogor hujan. Bahkan, upaya pembuatan sifon ini juga bisa membantu menyaring air Kali Malang yang ikut tercemar akibat bersatu dengan aliran Kali Bekasi yang tercemar limbah pabrik. "Selain mencegah banjir juga akan memperbaiki kualitas air baku untuk perusahaan air minum," jelas Sulaeman.
Pantauan "PRLM" di lokasi, baru satu atau dua alat berat yang ada di lokasi. Alat berat tersebut baru melakukan pengerukan di pinggir bendung dan belum sampai pada tahap intinya. Selain itu, daerah di skeitar wilayah Bendung Bekasi juga ditutup untuk umum. Selama ini sejumlah perumahan di wilayah Jatiasih serta pinggir Kali Bekasi selalu mendapat banjir kiriman dari Bogor, meski di Kota Bekasi sedang panas terik.