Friday, February 10, 2012

MENANGANI KEMACETAN DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI VIRTUAL


Masalah kemacetan seolah menjadi keseharian bagi warga yang tinggal di perkotaan. Kesemrawutan lalu lintas mau tidak mau menjadi santapan sehari-hari yang harus dihadapi. Kota besar seperti Jakarta , Bandung tidak lepas dari persoalan karut marutnya permasalahan kemacetan lalulintas. 
Wacana untuk mengurai kemacetan ini pun sudah banyak diulas dalam berbagai seminar dan forum bersama para pakar yang kompeten di bidangnya. Belum adanya moda transportasi masal yang andal, tidak imbangnya rasio jumlah kendaraan terhadap kapasitas badan jalan, kultur dan perilaku pengguna jalan sering diangkat sebagai penyebab utama kemacetan.

Namun persoalan kemacetan yang hingga kini belum tertangani dengan baik menunjukkan bahwa terdapat sejumlah persoalan yang masih menggantung. Belum adanya komunikasi yang efektif di antara pemangku kebijakan, kalangan akademisi/praktisi dan pakar ahli yang menjadi pemberi masukan (technical advisor) serta masyarakat umum sebagai pengguna fasilitas kadang terbentur pada pemahaman dan cara pandang yang berbeda dalam menyikapi permasalahan. Seperti kita ketahui, isu perencanaan transportasi perkotaan sering melahirkan perbincangan sensitif yang menyangkut permasalahan sosial, finansial, lingkungan serta pelaksanaan teknis di lapangan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders).

Untuk itu pihak-pihak terkait perlu duduk bersama menyatukan persepsi dan berdiskusi untuk kemudian menemukan formula yang tepat dalam menangani permasalahan tersebut. Sebuah studi kasus di Seoul, Korea Selatan menunjukkan manisnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengambil solusi bersama untuk mengurai kemacetan di kota Seoul. Pemerintah setempat menggandeng Seoul National University membuat sebuah simulasi manajemen transportasi menggunakan aplikasi teknologi virtual reality.
Apakah Virtual Reality itu?  Virtual reality (VR) atau realitas maya dalam terjemahan Indonesianya,  merupakan aplikasi teknologi yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi di dalam sebuah lingkungan yang disimulasikan oleh computer (computer simulated environment). Pergerakan objek di dalam sebuah ruangan virtual  juga dapat dianalisa dengan menggunakan teknologi VR. Kita bisa merasakan seolah-olah berada di dalam ruangan/area yang dikondisikan sesuai keinginan kita.
Kembali ke kasus Seoul, dibuatlah sebuah simulasi virtual manajemen transportasi. Simulasi difokuskan pada metodologi perencanaan transportasi, kebijakan transportasi, traffic manajemen, moda transportasi umum dan hal-hal teknis maupun non teknis lain yang berkaitan. Simulasi virtual menjelaskan bagaimana pergerakan arus lintas kendaraan, kondisi ruas jalan, kondisi cuaca serta perilaku pengguna jalan raya. Tampilan visual interaktifnya memungkinkan untuk ‘menjelajahi’ area-area mana saja yang menjadi titik kemacetan, penyebab kemacetan untuk kemudian dianalisa bersama sehingga didapatkan solusi yang tepat dalam mengatasinya. Lebih jauh lagi, melalui simulasi interaktif ini bermanfaat pula untuk berbagai keperluan semisal simulasi penanganan kecelakaan lalu lintas, simulasi anti huru-hara yang mungkin terjadi di jalan raya dan lain sebagainya.

Implementasi VR sebagai media komunikasi yang bersifat interaktif memungkinkan pihak yang awam dengan hal-hal yang bersifat teknis sekalipun bisa memahami dan dapat berpartisipasi aktif memberikam masukan dan aspirasi.
Studi kasus yang diangkat pada tulisan ini diharapkan bisa menambah inspirasi bagi semua kalangan untuk duduk bersama mengurai masalah kemacetan dan transportasi yang lazim terjadi di kawasan perkotaan. Pemanfaatan teknologi Virtual Reality serupa pun bisa diterapkan di Indonesia untuk menemukan formulasi yang tepat dalam mengurai kemacetan. 

 published@ http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/01/12/menangani-kemacetan-dengan-pemanfaatan-teknologi-virtual/

0 comments:

Post a Comment