Thursday, February 9, 2012

Virtual Reality (VR) sebagai Media Komunikasi dalam Menangani Masalah Transportasi Perkotaan


Virtual Reality (VR) sebagai Media Komunikasi dalam Menangani Masalah Transportasi Perkotaan

oleh Andhitiawarman Nugraha
praktisi 3D Virtual Reality

Bandung, selain sebagai pusat kegiatan ekonomi kini berkembang menjadi pusat tujuan wisata dan bisnis. Mobilitas warga bandung dan derasnya arus wisata dari luar kota bahkan luar negeri, membuat beberapa ruas jalan di dalam kota menjadi padat kendaraan dan menimbulkan kemacetan setiap hari, terutama pada akhir pekan dan hari libur.
Persoalan kemacetan yang hingga kini belum tertangani dengan baik menunjukkan bahwa terdapat sejumlah persoalan yang masih menggantung. Belum adanya moda transportasi masal yang andal, rasio jumlah kendaraan terhadap kapasitas badan jalan, kultur dan perilaku pengguna jalan, sering diangkat sebagai penyebab persoalan. Namun disamping itu, belum adanya komunikasi yang efektif di antara pihak-pihak terkait dirasakan sebagai persoalan yang tidak kalah penting.
Komunikasi antar dinas-dinas terkait dalam pemerintahan (sebagai penentu arah kebijakan), kalangan akademisi dan praktisi lapangan (sebagai para pemberi masukan dan alternatif solusi), dan masyarakat umum (sebagai pengguna fasilitas) kadang terbentur pada pemahaman dan cara pandang yang berbeda-beda terhadap sebuah objek. Untuk itu pihak-pihak terkait perlu duduk bersama, menyamakan persepsi, berdiskusi sambil memandang pada objek dan permasalahan yang sama, dan pada akhirnya bersama-sama membuat konsensus terhadap permasalahan yang dihadapi bersama tersebut. Dalam proses ini, visualisasi objek menjadi sebuah keharusan. Objek yang tervisualkan secara baik akan menjadi media komunikasi efektif, menuju pengambilan solusi terbaik atas sebuah masalah.

Perkembangan dan Peranan Visualisasi 3D
Perencanaan transportasi perkotaan selalu melahirkan perbincangan sensitif yang menyangkut permasalahan sosial, finansial, lingkungan serta pelaksanaan teknis di lapangan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders). Visualisasi objek dengan pemodelan 3D (tiga dimensi) bisa menjadi solusi untuk mendukung sebuah komunikasi efektif. Visualisasi 3D bukan saja berfungsi sebagai alat untuk pemaparan teknis perencanaan di kalangan para ahli saja, namun juga bisa memberi gambaran kepada masyarakat luas sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Dalam pemodelan 3D dikenal berbagai jenis perangkat lunak yang digunakan sebagai piranti pendukung. Output dari perangkat lunak -perangkat lunak tersebut biasanya berupa gambar gerak atau lebih sering disebut dengan animasi atau movie. Meskipun perangkat lunak yang lazim digunakan saat ini sudah mumpuni dalam memodelkan objek diam berupa bangunan arsitektur atau kawasan dalam lingkup kecil, namun belum maksimal dalam memvisualkan area yang lebih luas seperti kawasan perkotaan, yang didalamnya termasuk infrastruktur kota, pola gerakan lalulintas kendaraan dan manusia dalam skala besar. Selain itu,  dirasakan pula masih terdapat kendala untuk memvisualisasikan hasil analisa teknis; dimana kebutuhan visual dan informasi teknis harus ditampilkan secara seimbang dan akurat agar dapat digunakan sebagai sebuah media dialog antar berbagai kalangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi visualisasi 3D telah berkembang pesat. Animasi tidak hanya menjadi bagian dari arus budaya pop, tetapi juga menjadi alat yang biasa dipakai untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan industri rekayasa. Teknik visualisasi 3D telah berkembang sehingga lebih terjangkau baik secara praktik maupun finansial. Pemodelan 3D yang biasanya perlu sebuah mesin render khusus, kini dapat dilakukan pada komputer pribadi (PC). Hal ini memberi ruang kreatifitas lebih luas dalam pengembangan dan penyajian sebuah karya 3D.  Seiring dengan itu pula, Virtual reality (VR) telah menambah dimensi baru pada visualisasi 3D dengan memungkinkan pengguna berinteraksi dengan objek di dalam sebuah ruang virtual (Virtual Space).
Masyarakat selalu menuntut adanya informasi yang transparan, keterlibatan mereka dalam perencanaan infrastruktur transportasi menjadi sangat penting dan dihargai sebagai keniscayaan oleh pemangku kepentingan. Kolaborasi perencanaan memiliki banyak keuntungan meskipun ada kesulitan teknis karena melibatkan banyak pihak. Idealnya, waktu perencanaan dan pelaksanaan lebih efisien apabila berbagai pemangku kepentingan turut terlibat dalam suatu proses persetujuan. Adanya beragam partisipan yang secara serempak menegosiasikan perencanaan, akan membantu identifikasi masalah dan penolakan sejak dini. Sehubungan dengan itu, Virtual Reality memiliki potensi sebagai sebuah media komunikasi  yang memungkinkan pengguna tidak hanya melihat, tapi juga berinteraksi dengan sangat akurat terhadap unsur-unsur yang terkait. Sebuah model VR dapat menghadirkan beberapa interval waktu dan skenario yang berbeda. Hal ini, selain memungkinkan pengguna  berinteraksi dengan objek dan ruang, juga memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan perubahan  waktu dan aktifitas.

Sekilas mengenai Virtual Reality (VR)
Contoh aplikasi yang paling sering digunakan dalam dunia Virtual Reality di berbagai negara yaitu UC-Win/Road. UC-Win/Road menciptakan ruang 3D Virtual Reality Real-Time untuk kepentingan visualisasi objek dan hasil analisa teknis. Proses visualisasi dimulai dengan menginput informasi lapangan, seperti titik koordinat, elevasi permukaan tanah, parameter dimensi jalan dan kawasan secara akurat. Citra satelit atau peta dapat ditambahkan pada area yang diperlukan untuk memperkuat kesan ”real” pada objek. Dengan input data yang sederhana infrastruktur berupa jalan, jembatan, terowongan berikut persimpangannya secara otomatis bisa dimodelkan. Kemudian arus lalulintas dan pendukung visual lainnya dapat dimunculkan juga.
Untuk membuat tampilan yang lebih realistis dan mewakili lokasi yang spesifik, lingkungan sekitar dibuat dengan model 3D dilengkapi dengan foto-tekstur. Tekstur dapat ditambahkan pada model atau permukaan apa pun dengan tingkat visibilitas yang bisa disesuaikan. Selanjutnya, keadaan lingkungan, arus lalulintas dan pola pergerakan manusia dapat diatur lebih detil. Arus lalulintas diatur dari titik awal sampai titik akhir jalan, kemudian profilnya diatur sehingga jenis dan model kendaraan, kecepatan dan volume lalulintas bisa ditampilkan secara tepat dan akurat. Pengaturan lampu dan rambu lalulintas, lajur jalan, titik pemberhentian dan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga kendaraan melaju sesuai dengan simulasi yang diinginkan. Objek MD3 (berupa karakter manusia, binatang, dll) bisa melengkapi suasana hidup saat kita menembus masuk ruangan virtual. Untuk memberikan efek adanya kelompok bangunan, gambar diam digunakan sebagai pelengkap penghemat waktu pembuatan dan memori data.
Pada tahap akhir, “skenario” atau “skrip” dibuat untuk menggabungkan keseluruhan unsur, menambahkan beberapa kejadian dalam suatu rentang waktu, perbandingan sesudah-sebelum (after-before), dan efek lingkungan lainnya. Dengan memasukkan koordinat suatu daerah secara akurat pada saat proses input data, posisi matahari dan bayangannya akan muncul secara otomatis mendekati kondisi nyata di lapangan. Efek cuaca lain, seperti: hujan, salju, kabut dan komposisi awan yang berbeda juga dapat ditambahkan.

Studi kasus
Di beberapa negara maju, metode visualisasi dengan teknik VR sudah lazim digunakan dalam berbagai kepentingan. Berikut, beberapa studi kasus dimana metode Virtual Reality sebagai media komunikasi dan sosialisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pemecahan masalah; terutama masalah transportasi perkotaan.
  • Pembangunan Light Rail Transit di Sakai City, Jepang
Pembangunan sebuah infrastruktur baru di suatu area selalu menimbulkan pro dan kontra dari berbagai kalangan. Demikian juga pada pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Sakai City, Jepang.
Sehubungan dengan hal tersebut, Fakultas Energi dan Teknik Lingkungan Paska Sarjana Universitas Osaka membuat model VR yang ditujukan untuk mendampingi pemerintah setempat dalam meninjau ulang dan membuat konsensus perencanaan pembangunan LRT.
Dibuatlah sebuah model VR yang merupakan sebuah ruang virtual yang interaktif dan fleksibel sebagai bahan diskusi. Dalam kasus ini model VR digunakan selain untuk menjelaskan rencana  pembangunan LRT kepada khalayak, juga untuk menerima masukan serta menjawab kekhawatiran masyarakat terhadap efek-efek yang mungkin merugikan mereka. Sebagai contoh, dalam diskusi muncul kekhawatiran dari perusahaan pengantaran barang (ekspedisi) mengenai dimana mereka harus memberhentikan kendaraan pengangkutannya pada saat operasional pengiriman barang ke rumah-rumah tujuan, selama dan setelah proses pembangunan LRT. Kekhawatiran tersebut terjawab setelah dimunculkannya visualisasi dan simulasi yang menggambarkan bahwa perencanaan pembangunan LRT juga mengakomodir kegiatan masyarakat yang sudah berjalan selama ini. Kenyamanan pengguna ruas jalan tidak akan terganggu, bahkan lebih dari itu, kelancaran rutinitas serta efisiensi aktifitas masyarakat pengguna justru akan meningkat.
VR menjadi sebuah meja diskusi interaktif, dimana pihak yang berwenang dengan menampilkan berbagai simulasi, bukan saja bisa menjawab pertanyaan dan kekahawatiran masyarakat, namun bisa memvisualkan masukan dari peserta diskusi pada saat itu juga, dengan berinteraksi secara langsung dengan objek dalam ruang virtual. Melalui proses ini, diakhir diskusi lahirlah sebuah konsep pembangunan yang mengusung aspirasi dan kepentingan semua kalangan yang terkait.
  • Perencanaan kawasan perkotaan Phoenix, AS
Dalam kasus ini, pemerintah kota Phoenix membuat perencanaan transportasi dan kawasan kota di masa depan. Area seluas lebih kurang 2,6 km2 divisualkan lengkap dengan model infrastruktur termasuk bagian detail seperti, lampu lalulintas dan rambu-rambu jalan. Rencana pembangunan LRT juga dimodelkan dan disimulasikan.
Analisa perencanaan dan pemodelan VR dikerjakan oleh tim dari Universitas Arizona. Hasil permodelan juga dikolaborasikan dengan perencanaan yang lebih spesifik seperti pembangunan perumahan dan real estate.  Model VR ini selain ditujukan untuk memberikan gambaran kepada warga kota mengenai arah perkembangan salah satu area di kota yang mereka tinggali, juga memberikan deskripsi yang baik kepada para investor mengenai potensi yang dimiliki kota Phoenix.
Dengan memanfaatkan metode VR, pemerintah secara gencar melakukan sosialisasi dan publikasi mengenai perencanaan kota, misalnya melalui tayangan berita di televisi lokal dan nasional. VR juga memegang  peranan penting sebagai media komunikasi, dalam acara Mayor’s State of the City Address, dimana arah perkembangan dan simulasi kota dalam beberapa tahun kedepan disampaikan kepada 2000 orang undangan penting.
  • Perencanaan rute di Busan, Korea
Dalam rencana pembangunan jalan bebas hambatan antar kota Busan-Korea tahun lalu, muncul pertentangan mengenai bagaimana seharusnya rute jalan diambil. Sehubungan hal ini, Dinas Pembangunan dan Manajemen Daerah Busan1) membuat model VR untuk area Sancheon-Sudong yang mampu mensimulasikan dua buah alternatif rute jalan; yaitu apakah jalan akan dibuat melalui area pertanian di luar area pemukiman, ataukah harus dibuat lebih dekat ke area perkotaan dengan resiko lebih banyak memotong area pemukiman.
Model VR dibuat selain sebagai media komunikasi antar perencana dengan pihak pengambil keputusan, juga memegang peranan penting dalam sosialisasi rencana kepada masyarakat seligus untuk memperoleh masukan dan aspirasi dari masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar. Berbagai faktor yang berkontribusi langsung   terhadap proses pengambilan keputusan - seperti: road cutting and banking (galian dan urugan), polusi suara, polusi getaran, struktur dinding penahan tanah, tingkat kesulitan pengerjaan dilapangan yang disebabkan faktor lokasi, kemungkinan banjir, dll - mampu divisualkan secara real-time. Tidak kalah penting, pengaruh masing-masing rute alternatif terhadap situs peninggalan Kwandong - yang kebetulan lokasinya berdekatan dengan area perencanaan - juga dapat dibahas secara efektif.
Dengan adanya masukan dan aspirasi secara langsung dari masyarakat, proses perencanaan berlangsung lebih lancar. Hasil dari perencanaan pun dipresentasikan secara berkala sehingga publik mendapatkan informasi secara benar. Hal ini pulalah yang memberikan pengaruh positif kepada masyarakat untuk sama-sama mendukung dan mengawasi implementasi dari perencanaan di lapangan tahap demi tahap.
  • Edukasi mengenai Keamanan Berkendara di Fukui, Jepang
Jalan bebas hambatan di pinggiran pantai Fukui-Jepang terkenal sebagai daerah dengan tingkat kecelakaan yang tinggi.
Sebagai bagian dari  proses pembangunan jalan yang lebih aman serta bebas kecelakaan, dikemaslah sebuah driver simulator (simulator pengemudi) yang merangkaikan model VR jalan yang bersangkutan dengan dengan perangkat simulator yang dilengkapi dengan setir kemudi. Driver simulator ini berfungsi sebagai perangkat edukasi bagi masyarakat pengguna mengenai bentuk dan kondisi jalan, spot rawan kecelakaan, sekaligus memberikan tips untuk menghindari kecelakaan di daerah rawan kecelakaan. Saat ini, drive simulator dioperasikan di area peristirahatan di sepanjang jalan bebas hambatan. Masyarakat yang singgah, dapat mencoba berkendara secara virtual, selain  dalam berbagai kondisi waktu juga dalam berbagai kondisi cuaca, sesuai dengan simulasi yang diinginkan. Melalui pendekatan ini, secara tidak langsung masyarakat dapat mengetahui dan mengingat belokan berbahaya yang ada sehingga bisa lebih waspada di area rawan kecelakaan.
Sebagai upaya lain dalam menciptakan jalan yang lebih aman, tim perencana di Biro Pembangunan Daerah Kinki2), mengkategorikan kelokan-kelokan berbahaya serta area rawan kecelakaan lalulintas di sepanjang jalan tersebut. Berdasarkan kategori tersebut, tim mensimulasikan berbagai strategi untuk menekan tingkat kecelakaan. Sebagian strategi tersebut diantaranya mengarah pada re-kondisi bentuk jalan dan penerapan rambu-rambu lalulintas. Disini, teknik VR memegang peranan yang sangat penting. Agar masyarakat bisa mengetahui bagaimana jalan akan di re-kondisi dimasa datang, dibuatlah Model VR dibuat sejak tahap awal. Tidak hanya melihat tayangan animasi konvensional, masyarakat diberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan menggunakan driver simulator. Dengan cara ini, masyarakat pengguna dipancing mengeluarkan gagasan-gagasan yang penting dan berharga bagi tim perencana, misalnya dengan turut serta memikirkan perbaikan-perbaikan seperti apa saja yang seharusnya muncul pada saat re-kondisi jalan diimplementasikan di lapangan, yang menjurus pada terciptanya tingkat kecelakaan minimum.

Penutup
Masalah transportasi perkotaan yang masih menggantung harus segera dituntaskan. Tugas ini bukan hanya tugas pemerintah kota beserta jajarannya, namun peran serta kalangan akademisi, praktisi, serta masyarakat umum juga merupakan faktor yang tidak kalah penting.

Implementasi VR sebagai media komunikasi yang bersifat interaktif memungkinkan pihak yang tidak mempunyai keahlian secara teknis sekalipun untuk bisa berpartisipasi menyumbangkan aspirasinya.
Sehubungan dengan itu, studi-studi kasus yang diangkat dalan tulisan ini diharap bisa memberikan inspirasi bagi semua kalangan untuk duduk bersama-sama memecahkan masalah, khususnya masalah transportasi di kota kita tercinta.

1)         The Busan Regional Construction & Management Office
2)         Kinki Regional Development Bureau


0 comments:

Post a Comment